Kapan berhenti?

Jika hanya aku yang bercerita sementara kau hanya terdiam, maka ini adalah sebuah monolog. Sementara aku sangat menginginkan dialog. Jika hanya aku saja yang bernyanyi sementara kau tak hendak bersuara, maka ini hanyalah sesuatu yang sangat membosankan. Masih kuingat dulu kau yang mengajakku berkendara. Mengelilingi tiap sisi dunia. Memperhatikan lalu lalang orang dengan banyak perilaku. Dulu kita ada tapi sekarang tak lagi kurasa ada. Aku mulai bosan dengan rutinitas kita yang terlalu biasa. Terlalu membuatku kaku. Aku pun merasa alpa akan diriku. Kau curikah? Tapi dulu juga kuingat kau tak akan pernah tega untuk merenggut diriku yang terlalu liar. Kau selalu bilang, “terbang dan hiruplah udara sesukamu, karena aku membutuhkanmu, karena aku mencintaimu dengan segala kebebasanmu. Aku mencintai kebebasanmu”. Tapi sekarang, aku terpenjara oleh sistem yang tak pernah kusukai. Terpenjara oleh semua keegoanmu. Menguras sedarah otakku. Membuatku menjadi makhluk asing yang tak kukenali. Haruskah kita berhenti sekarang? Walaupun belum kita jumpai traffic light? Dan orang-orang masih tetap monoton, seperti ritme kita. Aku bosan dan ingin berhenti. Meneguk indahnya lampu merah yang menjadi ordinat dari kuning dan hijau. Merah yang berhenti. Merah yang mati.

18/12/2008
10:20 PM
Lagi bosan dan suntuk
Hotel Mutiara, Kediri, Jawa Timur

Comments

Popular Posts