Survey Bunker Jepang di Ngreco, Bantul, Yogyakarta 04/12/2008

“Hal yang paling membahagiakanku siang ini adalah ketika aku telah menemukan pola, mengenalnya, dan mulai memahaminya” –kepingan siang survey bunker Jepang, Ngreco, Bantul, Yogyakarta-

Hari ini kembali matahari memanggang kepala. Aku mengatasi sengatannya dengan tetap mengenakan helm kemanapun harus mendaki bukit. Hari ini aku dan teman-teman surveyor mensurvei bunker Jepang di daerah Ngreco, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Medan yang harus dilalui untuk dapat sampai ke bunker-bunker tersebut sangat cukup untuk menguras tenaga yang baru saja diisi pagi ini. Terjal, jalan makadam, ban motorku mulai meronta. Menggeliat diantara runcingnya bebatuan pengeras jalan. Jalan dengan kecepatan minimal mau tak mau harus kupilih supaya body motor tak rontok di tempat yang langka dengan manusia ini.
Awalnya kami sempat nyasar jauh sekali dari lokasi yang seharusnya didatangi. Naik turun dengan jalan makadam ditambah runcing bebatuan yang selalu menganga membuat otak penat. Pusing mulai menyerang. Menarik-narik bola mata hingga kesusahan melihat. Namun bunker harus tetap ditemukan. Beruntung kami bertemu dengan seorang ibu yang hendak pulang dari sawahnya. Sedikit percakapan ternyata kunci menuju kumpulan bunker tersebut. Semangat dipompa instan demi menemukan bunker. Hingga pada akhirnya, seperti cerita-cerita kebanyakan yang sudah dapat ditebak akhirnya, kami pun menemukan bunker Jepang yang pertama. Rupanya seperti ini tha bentuknya sebuah sistem pertahanan Jepang. Bangunan yang dibuat di salah satu sisi bukit dengan ruangan 2x2 meter. Bunker pertama dilengkapi dengan lubang bidik dan sebuah ventilasi yang menonjol dan muncul di bagian atap. Kondisi lantai sudah mengalami sedimentasi oleh tanah. Budaya vandalisme memang tak bisa dijauhkan dari tradisi –terutama kaum muda- bangsa Indonesia. Heran, bunker sekecil ini juga masih harus selalu waspada setiap saat akan ulah tangan-tangan usil yang kekurangan media penyaluran bakat. Menurutku kebutuhan akan narsis cukup total bila dilampiaskan lewat foto-foto. Sangat tidak perlu untuk membuat prasasti di tempat yang tidak seharusnya apalagi di tubuh situs yang dikunjungi. Sebuah perbuatan rendah yang anehnya semakin digandrungi oleh sebagian besar masyarakat kita.
Hari ini setidaknya ada 14 bunker Jepang yang kami data. Dari kesemuanya itu dapat dibagi ke dalam beberapa tipe bila dilihat dari bentuknya. Ada bunker yang berfungsi sebagai pengintaian. Ukurannya tak lebih dari 2x2 meter. Sementara itu ada juga bunker yang merangkap sebagai pilboks berbentuk segidelapan. Lalu ada juga bunker yang mempunyai dua pintu masuk dan membentuk lorong persegi panjang di dalamnya. Lalu ada lagi bunker serupa ruangan besar yang mempunyai sebuah dudukan persegi panjang di salah satu sisi dinding bunker. Mungkin untuk tempat berkumpulnya prajurit. Ada lagi bunker yang merupakan tempat logistik. Ini yang paling membahagiakan karena aku bisa melihat tungku-tungku Jepang sejumlah dua buah disana. Setidaknya menyegarkan penglihatan karena dari tadi hanya melihat bunker dengan bentuk yang hampir sama.
Matahari mulai lengser pertanda kami harus segera meninggalkan lokasi bila tak mau terperangkap dalam pekat pegunungan seribu. Ban motor kembali lagi harus berlari diantara celah runcing bebatuan. Kami, surveyor benteng, berjalan terus apapun dan bagaimanapun medan yang harus dilalui. Karena kami harus menemukan, mendata, mencatat, merekam, mengukur semuanya tentang benteng untuk masa depan yang lebih baik.

4 Desember 2008

Comments

Popular Posts