Vastenburg, di Ujung Penantian



Hampir sepola dengan Jogja, di Solo juga terdapat benteng kolonial yang berada di sebelah utara keraton. Benteng yang bernama Vastenburg ini masuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Pasar Kliwon. Lingkungan di sekitar Vastenburg telah menjelma menjadi lingkungan komersial. Sebut saja Beteng Trade Center atau Pusat Grosir Solo yang berdiri dengan megahnya di sisi selatan benteng. Di depan pusat perbelanjaan itu kini juga dijadikan sebagai pusat jajanan khas Solo yang lebih dikenal dengan nama “Galabo” yang merupakan akronim dari Gladag Langen Bogan Solo. Galabo hidup di malam hari, sementara itu pedagang makanan dengan jenis yang lebih “berat” mengisi tempat ini di siang hari.

Daerah di sisi timur juga didominasi oleh pertokoan. Di sebelah utara adalah kantor PT Telekomunikasi Indonesia Solo dan sebuah SPBU. Sementara itu bangunan lama tampak menghiasi lingkungan benteng di sisi barat, yaitu Bank Indonesia, Kantor Pos Solo dan GPIB Penabur.



Jika memfokuskan tujuan ke Solo untuk bisa berkunjung ke dalam benteng Vastenburg jangan berharap terlalu banyak. Akses masuk ke dalam benteng sangat dibatasi atau bahkan dapat dikatakan ditutup. Entah hal tersebut dilatarbelakangi oleh sengketa yang sedang melanda Vastenburg ataukah karena faktor yang lain masih belum bisa dipastikan penyebabnya.

Vastenburg kini tinggal menghitung hari. Menunggu kapan akan dirobohkan dan diganti dengan bangunan yang lebih megah daripada bangunan yang berada di sisi selatannya. Benteng yang berbentuk segi empat dengan bastion di tiap sudutnya ini semakin tidak terawat. Bahkan, sebagian besar bangunan turutannya –dapat dikatakan sekitar 90 %- telah hancur atau musnah. Pintu gerbang sebelah utara telah ditutup bagian dalamnya dan pintu gerbang di sebelah selatan bahkan telah ditutup total –dihancurkan-. Pilaster-pilaster pada pintu gerbang timur pun tak enggan untuk dipotong dan dibentuk menjadi sesuatu yang lebih aneh lagi. Ceruk bidik di bastion sisi timur laut ditutup di sisi dalamnya. Jika ada yang penasaran mengenai alasan penutupan sebaiknya bertanya langsung kepada “oknum” yang menutup…:p.

Apabila ingin membandingkan Vastenburg dengan benteng Vredeburg di Jogja tentu tak akan kalah saing. Dengan catatan perbandingan tersebut menggunakan kondisi Vastenburg yang masih utuh total. Mungkin itu adalah sebuah mimpi atau sekedar halusinasi. Yang terjadi sekarang adalah Vastenburg menjadi sebuah benteng yang menyedihkan. Dengan banyak tanaman liar yang nyaman hidup di dinding-dindingnya. Retak-retak dan bopeng pun semakin banyak dijumpai. Belum lagi permukaan parit keliling yang telah dijadikan tempat hidup tanaman-tanaman liar yang entah berasal dari genus mana.

Untuk dapat berjalan mengelilingi bagian luar dinding benteng pun bukanlah sesuatu yang mudah walaupun masih mungkin dilakukan. Dengan sedikit kenekatan dan totalitas niat baik tentunya. Di depan bastion sisi tenggara saat ini telah dijadikan areal parker bus pariwisata. Di sampingnya berdiri Bank Danamon entah seizin siapa –yang pasti seizin empunya tanah-. Mungkin areal ini dapat dijadikan akses masuk benteng Vastenburg dengan garis bawah memasuki sisi luar benteng dan berjalan mengelilingi benteng dan menikmati apa yang masih dapat dinikmati dari sebuah bangunan bersejarah.


Bila masuk dari areal parkir bis pariwisata maka akan langsung menjumpai pintu gerbang utama yang berada di sisi barat. Pintu gerbang ini khas Eropa dengan bentuk archnya. Kolom-kolom doria juga menyangga gerbang masuk ini. Satu buah ceruk di sisi kanan dan kiri gerbang masuk dihiasi oleh dua buah dwarapala dengan bentuk yang aneh. Sebelumnya di depan gerbang masuk juga diletakkan sepasang nandi. Saat ini pintu gerbang terbuat dari besi. Menurut keterangan dahulunya pintu masuk terbuat dari bahan kayu. Di atas pintu gerbang terdapat sebuah bangunan turutan. Satu-satunya bangunan turutan yang tersisa. Nampaknya pintu gerbang sisi barat telah mengalami perkuatan konstruksi atau konsolidasi. Namun, dinding sisi selatan sudah mencembung di beberapa bagian.

Pintu gerbang sisi utara telah dijadikan rumah oleh tunawisma. Tumpukan sampah pun menambah kesan kotor dan kumuh benteng Vastenburg. Ditambah lagi dengan tanaman-tanaman liar yang mempatenkan tanah di Vastenburg sebagai tempat hunian mereka. Di sisi timur benteng masih dijumpai sebuah sumur dan tempat untuk pembakaran (?). Bangunan turutan yang menurut catatan sejarah adalah rumah para perwira yang berada di sisi luar benteng kini telah runtuh dan menyisakan bekas lantai saja.



Masa depan Vastenburg memang masih dipertanyakan. Namun kenyataan di lapangan memperkuat kesan bahwa vastenburg harus memohon banyak kepada para pemilik modal. Berharap pada sebuah keputusan yang arif dan bijaksana seperti slogan-slogan di dalam demokrasi Indonesia.

Vastenburg memang tinggalan kolonial. Dahulu mempunyai fungsi yang cukup vital bagi penjajah. Tapi saat ini mengalami penurunan pamor besar-besaran, menjadikan Vastenburg sebagai rongsokan barang kuno yang rapuh. Kerapuhan yang semakin menjadi karena harus menunggu dan menunggu keputusan tentang nasib yang tak pernah datang.

21 Desember 2008

Comments

Popular Posts