Mengintip Arsip Daerah
Pagi ini memang sudah sya jadwalkan untuk mampir ke Arsip Daerah Jambi. Pyuh...terlanjur menggantung harapan terlalu banyak malah saya tidak mendapatkan apa-apa. Kepala kembali berputar-putar. Semangat yang sudah susah-susah saya bangun untuk mengerjakan tugas wajib tahap pertama dalam hidup serasa jatuh kembali. Terpaksa saya harus memungutinya kembali demi kehidupan dunia.
Lembaga yang menyimpan data sejarah tentang suatu daerah ini malah dianggap sebagai kotak kosong oleh kebanyakan orang. Yah, mudahnya kenapa harus repot-repot mengurusi kertas-kertas kuno yang entah ada nilainya atau tidak. Orang lebih suka mengurusi hal-hal baru. Lebih punya warna dan tidak berbau.
Gedung arsip daerah provinsi Jambi terletak di utara Sungai Batanghari. Ketika pertama kali melintas di depan gedung ini tidak pernah terbayang suasana di halaman dalam gedung bak pemakaman. Tak terlihat satu kendaraan pun yang terparkir. Rerumputan tumbuh semakin meninggi. Yah, walaupun di dalam gedung masih dapat dijumpai beberapa pegawai arsip yang ramah-ramah dan siap membantu. Keramahan mereka terbalut sebuah gedung megah yang tak pernah diurus. Mungkin ini perkara luar dan dalam yang sama kacaunya.
Belanda sebenarnya meninggalkan tradisi pengarsipan yang patut dicontoh. Negara yang tersohor dengan sistem kearsipan terbaik di dunia itu memang banyak membawa pulang dokumen-dokumen negara ini. Namun, lihatlah sisi baiknya, belajarlah pada mereka bagaimana "mengarsip" yang baik. Bukan hanya selalu meratapi ketegaan mereka menggondol dokumen-dokumen kita. Mau cari data tentang satu hal, mencarinya harus manual. Sementara teknologi database sudah dikenal lama. Capek, de...Kapan sih, "mereka" bisa sadar bahwa tempat-tempat semacam gedung arsip bukanlah tempat meloak kertas bekas. Sungguh menyebalkan sesiangan ini.
Lembaga yang menyimpan data sejarah tentang suatu daerah ini malah dianggap sebagai kotak kosong oleh kebanyakan orang. Yah, mudahnya kenapa harus repot-repot mengurusi kertas-kertas kuno yang entah ada nilainya atau tidak. Orang lebih suka mengurusi hal-hal baru. Lebih punya warna dan tidak berbau.
Gedung arsip daerah provinsi Jambi terletak di utara Sungai Batanghari. Ketika pertama kali melintas di depan gedung ini tidak pernah terbayang suasana di halaman dalam gedung bak pemakaman. Tak terlihat satu kendaraan pun yang terparkir. Rerumputan tumbuh semakin meninggi. Yah, walaupun di dalam gedung masih dapat dijumpai beberapa pegawai arsip yang ramah-ramah dan siap membantu. Keramahan mereka terbalut sebuah gedung megah yang tak pernah diurus. Mungkin ini perkara luar dan dalam yang sama kacaunya.
Belanda sebenarnya meninggalkan tradisi pengarsipan yang patut dicontoh. Negara yang tersohor dengan sistem kearsipan terbaik di dunia itu memang banyak membawa pulang dokumen-dokumen negara ini. Namun, lihatlah sisi baiknya, belajarlah pada mereka bagaimana "mengarsip" yang baik. Bukan hanya selalu meratapi ketegaan mereka menggondol dokumen-dokumen kita. Mau cari data tentang satu hal, mencarinya harus manual. Sementara teknologi database sudah dikenal lama. Capek, de...Kapan sih, "mereka" bisa sadar bahwa tempat-tempat semacam gedung arsip bukanlah tempat meloak kertas bekas. Sungguh menyebalkan sesiangan ini.
Comments