Jeng Migren
Cukup satu kata, pusing. Hari ini jeng migren kembali menghampiri saya. Ternyata ga enak juga rasanya ngetik sambil berusaha membuat kepala dalam posisi yang stabil. Pyuhhh..akhirnya kelar juga kerjaan kebut semalam hari ini -mesti ditemenin jeng migren-. Rgghhhh...kapan saya bisa benar-benar bebas dari si "jeng" yang satu ini.
Setelah menyelesaikan pekerjaan saya, tiba-tiba saya merenung. Mencoba kembali mengingat masa-masa yang sudah saya lewati. Rada melow juga si, mengingat beberapa hari lagi saya akan masuk ke step selanjutnya. Yah..seharunya perenungan ini dilakukan di awal tahun. Berhubung saya tidak mengenal dan merayakan pergantian tahun, jadi urusan kontemplasi bisa kapan dan dimana saja.
Hmmm....lima tahun yang lalu, saya bukan apa-apa -meskipun sekarang masih belum menjadi apa-apa-. Lima tahun yang lalu saya masih remaja dari desa terpencil yang mengadu nasib di sebuah kota di Pulau Jawa. Well, pada akhirnya saya bisa mengisi lima tahun itu dengan beragam warna. Hidup saya cukup berwarna di pulau ini. Namun sekarang saya mulai memasuki area yang tidak pernah saya sukai. Area "laut mati". Tidak ada angin, ombak, getaran, cahaya. Semua berjalan biasa-biasa saja. Jenuh. Saya ingin mencoba sesuatu yang baru, yang membuat otak saya bekerja cepat. Pyuhh..mungkin belum waktunya saya di area itu. Mungkin untuk memasuki area itu, saya harus lulus semua ujian di area "laut mati". Mungkin. Begini ni, kalo saya menulis bersama "jeng" migren. Banyakan ngelanturnya,..
Setelah menyelesaikan pekerjaan saya, tiba-tiba saya merenung. Mencoba kembali mengingat masa-masa yang sudah saya lewati. Rada melow juga si, mengingat beberapa hari lagi saya akan masuk ke step selanjutnya. Yah..seharunya perenungan ini dilakukan di awal tahun. Berhubung saya tidak mengenal dan merayakan pergantian tahun, jadi urusan kontemplasi bisa kapan dan dimana saja.
Hmmm....lima tahun yang lalu, saya bukan apa-apa -meskipun sekarang masih belum menjadi apa-apa-. Lima tahun yang lalu saya masih remaja dari desa terpencil yang mengadu nasib di sebuah kota di Pulau Jawa. Well, pada akhirnya saya bisa mengisi lima tahun itu dengan beragam warna. Hidup saya cukup berwarna di pulau ini. Namun sekarang saya mulai memasuki area yang tidak pernah saya sukai. Area "laut mati". Tidak ada angin, ombak, getaran, cahaya. Semua berjalan biasa-biasa saja. Jenuh. Saya ingin mencoba sesuatu yang baru, yang membuat otak saya bekerja cepat. Pyuhh..mungkin belum waktunya saya di area itu. Mungkin untuk memasuki area itu, saya harus lulus semua ujian di area "laut mati". Mungkin. Begini ni, kalo saya menulis bersama "jeng" migren. Banyakan ngelanturnya,..
Comments