Dari SAKE ke JEROWES: Ajang Pesta Blogger 2010 #1

Epicentrum Walk, sebuah calon pusat perbelanjaan di bilangan Kuningan, Jakarta, pagi itu (30/10/2010) telah ramai dikunjungi pengunjung dari beragam usia. Mereka adalah peserta Pesta Blogger, sebuah hajatan besar bagi para blogger seluruh Indonesia. Ajang kopi darat bagi para blogger yang dilangsungkan seharian itu menarik saya menginjakkan kaki kedua kalinya di mall yang baru setengah matang ini. Keikutsertaan saya dalam hajatan ini tentunya bukan sebagai seorang blogger. Kali ini saya bergabung di "lapak" SAKE atau Sampah Kering. Tugasnya adalah menerima sampah kering dari pengunjung yang berniat mendonasikan sampah keringnya serta memberikan sedikit informasi mengenai sampah kering.

Bersama SAKE saya mendapatkan ilmu baru. Sampah kering yang sering saya jumpai sehari-hari di "lapak" SAKE kemudian dikategorikan lagi menjadi empat kategori. Keempat kategori itu yaitu sampah kertas, sampah besi, sampah tetrapak, dan sampah plastik (botol bekas air mineral, yoghurt, jus, dan lain-lain). Selain empat kategori itu SAKE juga menerima sampah elektronik seperti baterai bekas, baterai laptop, baterai hp beserta hp, dan charger hp. Empat kategori sampah kering yang telah terkumpul akan disalurkan ke pengepul barang bekas sementara sampah elektronik akan disalurkan ke pihak yang lebih ahli di dalam pengolahannya.

Selain SAKE ada juga pasukan JEROWES. Pasukan ini bertugas untuk mengawasi perilaku membuang sampah dari pengunjung (lebih tepatnya peserta) Pesta Blogger. Sehari sebelumnya kami membuat tempat sampah temporer dari kardus bekas yang akan diisi plastik sampah hitam. Tempat sampah itu kemudian diberi label berbeda sesuai dengan jenis sampah, yaitu sampah kertas, sampah umum, dan sampah plastik. Kemudian semua tempat sampah yang berhasil dibuat disebarkan ke beberapa titik. Nah, tugas para jerowes ini adalah memberikan arahan kepada para pengunjung yang bingung untuk memasukkan sampahnya ke tempat sampah yang sudah diberi label itu. Pasukan jerowes tidak diam di tempat seperti penjaga "lapak" SAKE. Mereka hilir mudik mengamati perilaku membuang sampah pada pengunjung, sesekali juga megecek isi tempat sampah. Sayangnya, semakin siang pasukan jerowes ini semakin tampak sama dengan pengunjung lainnya. Saya sendiri hanya mengenali beberapa teman dari pasukan jerowes (karena sudah kenal), dan memang muka-muka kinclong yang hadir saat briefing pagi sudah tidak lengkap lagi.

Untuk alasan ketidaklengkapan itu, maka saya ditarik masuk menjadi pasukan jerowes saat makan siang. Tapi tidak hilir mudik seperti sebelumnya. Saya hanya berdiri di dekat tempat sampah dan mengarahkan pengunjung untuk membuang sampah yang benar. "Yak, yang plastik masukkan ke sini Mas, isinya silahkan dibuang di sini, eh, sendok plastiknya masukkan di sini aja", celoteh saya seperti mbak-mbak teller di Bank. Saya pikir para blogger ini tentunya orang-orang hebat, orang pilihan. Mereka dengan semangat menggebu-gebu datang dari seluruh pelosok negeri ke Jakarta untuk hajat besar ini. Sebelum itu, pastilah mereka adalah orang-orang yang rajin berselancar di internet. Mereka juga tentunya hobi membaca karena sanggup mengupdate tulisan di blog minimal seminggu sekali. Tapi, semua pemujaan saya tentang para blogger itu remuk, luluh lantak tersapu badai selatan. Hampir sebagian besar dari mereka malas membaca (atau kurang memahami) label sampah yang sudah dipasang di masing-masing tempat sampah. Tangan-tangan itu begitu ringan memasukkan sampah bekas makan mereka langsung begitu saja. Tanpa memilah isinya terlebih dahulu. Memasukkan jenis plastik ke dalam jenis organik, jenis kertas ke jenis plastik. Bahkan sedikit di antaranya meninggalkan bekas makanan mereka begitu perut sudah terisi penuh. Ya, dan mereka akan protes lewat tulisan jika banjir atau bencana lain datang.

Perilaku membuang sampah dengan memilah sepertinya belum menjadi budaya bagi generasi 2.0 ini. Hal yang begitu sederhana, mungkin memang belum menjadi sesuatu yang dibiasakan. Sehingga pikiran masih saja membatu ketika berbagai petunjuk atau peringatan dipasang untuk sesuatu yang positif. Apa susahnya membaca "SAMPAH UMUM", "SAMPAH PLASTIK", "SAMPAH KERTAS", dan memasukkan sampah yang kita bawa ke dalam tempat-tempat yang sudah ditentukan. Toh kita tidak perlu memikirkan selanjutnya nasib sampah-sampah itu. Tapi sepertinya jarak otak ke mulut lebih dekat dibandingkan dengan jarak otak ke tangan, sehingga apa yang dibaca lebih mudah untuk dilafalkan saja.

Comments

jeniffer prabu said…
hallo kak, ini aku jeniffer dari STIKO LSPR ..
gmna acara pesta blogger nyaaaa ?
bnyak manfaat yg di dapet gak kak ?
thx buat infonya kak ..
jngan lupa mampir di blog akuuuu ..
http://jeniajahakh.blogspot.com/
thank youuuuuuuu
KWA Wardani said…
halo halo...bandung..lho...hehehe.
yep, acaranya pesta bloggernya kurang begitu paham, sepertinya asik. Aku cuma ikut satu kelas, di diet kresek. Kelasnya menarik banget, dapet info baru yang berguna buat perubahan kecil di diri sendiri. Tapi, di luar kelas juga ga kalah seru, terutama pas milah-milah sampah, keren. Hakhakhak. Oke deh, aku maen-maen ke blogmu....
cokelat said…
waktu sret #pb2010, ada yang bilang bahwa jadi lebih ngerti soal sampah dan klasifikasinya gara-gara pb2010...

don't give up hope! :)
KWA Wardani said…
yep, betul sekali. Perubahan emang ga bisa massal dan cepat. Perlahan tapi pasti menuju kehidupan berkelanjutan. Hehehe...

Popular Posts