Kelas Diet Kresek: Ajang Pesta Blogger 2010#3

Ada kura-kura mencoba mengunyah sedotan plastik. Ada juga sapi yang mencoba beralih jenis diet ke kantong kresek. Itulah beberapa slide foto yang ditampilkan dalam “kuliah” diet kresek di acara Pesta Blogger sore itu (30/10/2010). Diet kresek ini menjadi satu-satunya kelas yang saya ikuti dalam acara kopi daratnya para blogger.

Kuliah sepenting ini (dalam pandangan saya) hanya dihadiri oleh sedikit dari ribuan blogger yang datang di acara Pesta Blogger ini. Namun sajian materi yang cukup memukau (lagi-lagi dalam pandangan saya) membuat kelas ini tampak penuh sesak.

Tokoh utama dalam kuliah ini adalah kresek. Sesuatu yang begitu populer dalam keseharian kita. Ketika kita pergi belanja sayur di warung belakang, pulang membawa kresek. Ketika kita pergi ke toko serba ada membeli pisau cukur, pulang membawa kresek. Ketika membeli gado-gado untuk makan siang, pulang juga dengan kresek. Saya sendiri setiap hari kecuali sabtu dan minggu maksimal menggunakan satu kresek. Jika dikalikan dengan jumlah hari dalam satu tahun maka saya akan menggunakan banyak sekali kresek. Lalu kemana saja kresek yang telah saya gunakan selama satu tahun itu? Kadang saya bisa saja membuang kresek itu ke tempat sampah. Kadang saya gunakan lagi untuk menyimpan beberapa barang. Selebihnya saya lupa menggunakannya untuk apa lagi.

Kresek yang sekilas terlihat sangat fungsional itu ternyata bisa berubah menjadi sesuatu yang sangat mengerikan. Setidaknya foto-foto hewan yang menjadi korban kresek menjadi dasar yang logis. Bayangkan, sapi lebih tertarik kepada kresek ketimbang rumput. Sewaktu kecil saya menyaksikan untuk pertama kalinya kucing memakan rumput. Sumpah, itu menjadi pemandangan yang sangat aneh bagi saya yang mengenal kucing sebagai karnivora. Ketika dewasa saya disuguhi pemandangan sapi memakan kresek. Apalagi ini? Secara tidak saya sadari ternyata si kresek ini mempunyai dampak yang sangat luas dan berbahaya.

Kresek dikenal mempunyai usia yang sangat panjang. Tidak bisa terurai secara cepat. Ada pun kresek yang bisa terurai secara cepat (sekitar dua tahun) akan mengacaukan sistem yang lain seperti ketahanan pangan. Namun inilah yang tidak disadari oleh banyak orang di negara ini, termasuk saya tentunya. Tak pernah terbayang bahwa kresek itu dapat termakan oleh ikan yang menjadi panganan favorit saya. Selama ini saya berpikir bahwa ikan yang saya makan hanya terkena dampak limbah kimia semata. Ternyata si kresek ini juga bisa saja menancapkan keabadiannya pada tubuh ikan yang enak itu. Ya, dan saya tetap mengkonsumsi ikan dengan membawanya pulang ke rumah bersama si kresek (ckckckck). Selain berdampak besar terhadap makhluk hidup lain, si kresek ini ternyata pemikat unggul sampah-sampah yang lain. Ketika tersangkut di akar-akar di dalam selokan, maka sampah-sampah kecil yang lain senantiasa akan merapat padanya. Lama kelamaan si kresek ini berubah menjadi populasi sampah yang baru, yang membuat air macet tak bisa bergerak dan akhirnya luber kemana-mana.

Bagaimana jika si kresek dibakar? Itu juga membawa dampak yang tak kalah bahanyanya dengan kresek yang dimakan oleh sapi. Ketika dibakar si kresek akan menghasilkan zat racun yang akan bergabung dengan udara. Dan kita sebagai manusia yang membutuhkan udara akan menghirup udara itu. Tanpa kita sadari si kresek telah masuk ke dalam tubuh kita dengan sangat sempurna. Padahal ketika si kresek sampai di tempat pembuangan akhir, pembakaran jualah yang akan ditemui. Seperti berada di lingkaran setan.

Untunglah saya mengambil kelas diet kresek ini. Setidaknya pulang dari tempat ini saya akan memesan kepada ibu penjual sayur langganan untuk membelikan tas keranjang sayur. Supaya saya bisa meminimalkan penggunaan kresek dalam hidup saya. Sekaligus mengurangi jumlah ikan yang sial karena termakan kresek.

Comments

mel said…
wah produktip bener anak ini.jd nyesel ngajak lo ke pb :-)

anyway, tulisannya membuka mata gw ttg pemahaman org akan bhy kresek.

moga2 akan byk org yg terkena virus 'no plastic' kyk elo. kamsia...kamsiaaa...
KWA Wardani said…
gimana yak (kok tetep ga bisa berpikir positif)..hakhakhak.. Ho o Mbak Mel, menurutku bahaya si kresek itu yang masih minim diketahui oleh banyak orang di negeri tercinta ini. Coba deh, tadi pagi aku mau nitip tas keranjang di pasar sama ibu-ibu sayur, malah dibilang gini, "udah mbak, cuman kresek aja, gpp kok. Ibu ga rugi kok", dong dong dong..see!!!! Aku bales dengan senyum-senyum ga jelas gt jadinya. hakhakhak
Unknown said…
diam-diam blogger sebener2nya
3 post kok pie
ckkcckck

nu, mending bantu bikin laporan aku di kantor :D
KWA Wardani said…
hakhakhak,...oralah Ni, mung waton ae, pas suntuk karena ga bisa liburan secepatnya jadinya lari ke sini. Saiki rehat sebentar nyiapin Borobudur yang sudah di akhir tahun...:(
mel said…
kalo dgn para penjual di pasar ato di jalan, gue dh sering dpt pngalaman serupa. biasanya gue cuma jwb,"lagi musuhan sama kresek. abis di rmh byk banget...jd nyampah di rmh." dasar males mjelaskan.

tp klo utk org2 yg melek internet, tdnya gue pikir org dh byk yg dong dgn bhy kresek. apalg di koran/mjlh udah sering bgt diangkat. tp tnyata teteeeuup msh byk yg gk ngeh. ato cuma elo doang nu? wakakakkk :D *kabuuurrrr....*

Popular Posts