Benteng Klingker: Perjalanan Menuju Tiga Benteng Cilacap (Bagian II)

Mas Seno, anak seorang juru pelihara Benteng Karangbolong sudah menunggu saya di Pantai Teluk Penyu. Kebetulan keluarganya mempunyai usaha perahu wisata. Saya memilih menggunakan jasa Mas Seno untuk mengantarkan ke Benteng Klingker dan Karangbolong. Dengan perahu berbahan fiber kami menyeberang ke Pulau Nusa Kambangan. Perjalanan ke Pantai Karang Tengah, tempat Benteng Klingker berada memakan waktu sekitar 5 menit. Musim angin timur menyebabkan kami harus melalui gelombang yang besar. Air garam membasahi muka saya.

Pantai Karang Tengah sudah di depan mata.

Setelah melalui gelombang yang lumayan ganas, akhirnya saya menjejakkan kaki kembali ke Pantai Karang Tengah. Pantai ini mempunyai garis pantai yang cukup panjang dengan butiran pasir putih yang kasar.

Penanda untuk masuk ke Benteng Klingker ialah dua buah tugu dengan tinggi sekitar 7 m. Di tugu yang paling dekat dengan pantai ini saya mengalami sedikit kejadian “mistik”. Saat ingin memotret tugu dalam jarak yang lebih dekat, kamera saya mendadak tidak mau mematuhi perintah. Tepat di depan tugu ini, terdapat sebuah sumur kecil berdiameter 1 m dengan kedalaman 0,7 m. Entah kenapa saya menjadi lebih tertarik memotret si sumur ketimbang detil tugu. Saat kamera sudah mau diajak kompromi, saya mangarahkannya ke dalam sumur. Tiba-tiba muncul kepiting besar yang masuk lagi ke lubang di dalam sumur. Kamera saya pun kembali “ngambek”. Tombol-tombolnya seakan mogok beroperasi. Kali ini lebih parah dibandingkan sebelumnya. Saya harus berkali-kali melepas baterainya sampai ia mau kembali merespon perintah tombol. Pyuh, mungkin saya lupa “kulonuwun” sebelum menekan tombol pelepas rana.

Lupakan sebentar soal tugu “mistik” itu. Untuk menuju benteng saya harus melewati jalan konblok yang kondisinya rusak.

Setelah lima menit perjalanan, Benteng Klingker pun di depan mata. Benteng yang sudah menyatu dengan pepohonan ini di dalam peta Belanda disebut sebagai “Banjoenjapa”. Sejauh ini tidak ada data sekunder yang saya jumpai terkait benteng ini. Benteng Klingker masuk ke dalam tipe benteng martello yang diadopsi Belanda dari Prancis dan diterapkan di Indonesia. Sistem pertahanan ini merupakan sistem pertahanan pantai yang mulai berkembang pada abad 19 (saat perang Napoleon). Sebenarnya benteng berbentuk menara ini awalnya bernama Mortella, namun saat perang Inggris-Prancis, Inggris salah menyebut Mortella dengan kata Martello yang berkembang hingga kini. Menara Martello pertama dibangun pada 1803 saat Napoleon berniat menduduki Inggris.

Di bagian tengah benteng terdapat sebuah tiang penopang berbentuk tabung.

Menurut Mas Seno benteng ini disebut warga sebagai Benteng Jamur karena bentuk tiang ini yang menyerupai batang jamur payung.

Terdapat dua lapis koridor di dalam benteng. Di tiap koridor dijumpai bukaan berbentuk lengkung (arch).

Bentuk bukaan (arch) ini terdapat di sisi barat.

Benteng ini terdiri dari dua lantai yang dihubungkan dengan tangga. Sekarang tangga sudah hancur, jika mau naik ke atas harus melalui akar pohon ini. Namun, sebaiknya jangan pernah sekali-kali untuk mencoba naik ke lantai dua. Tanpa kita naik pun, Benteng Klingker sudah bersusah payah untuk tetap utuh berdiri dalam balutan akar pepohonan.

Lantai dua benteng di sisi barat. Lantainya sudah hancur.

Ini merupakan dinding benteng sisi barat yang tertutup semak belukar.

Benteng Klingker, sama dengan peninggalan arkeologis pada umumnya selalu dikaitkan dengan tempat yang mengandung unsur mistis. Benteng ini banyak dikunjungi oleh para peziarah yang melakukan “tapa”. Biasanya mereka datang dari Purwokerto dan sekitarnya. Tempat yang paling sering dijadikan tempat ritual ialah bagian dalam sisi barat. Setiap berkunjung ke sini saya pasti menemukan sisa dupa, kembang, lilin, dan kain putih.

Waktu menunjukkan tepat pukul 12.00 siang. Karena kami terlalu lama di dalam benteng, maka kami harus mendorong perahu untuk sampai ke tempat yang memungkinkan agar mesin dapat bekerja. Air laut biasanya surut selepas zuhur.

Tujuan saya selanjutnya ialah Benteng Karang Bolong. Sampai jumpa Pantai Karang Tengah.

Logistik:
Ongkos menyeberang dari Pantai Teluk Penyu – Pantai Karang Tengah (Benteng Klingker) – Benteng Karang Bolong: Rp 20.000,-. Untuk informasi antar jemput bisa menghubungi Mas Seno (087736634180)

Sumber bacaan:
Lepage, Jean-Denis G.G. 2010. French Fortifications, 1715-1815 An Illustrated History. Amerika: McFarland & Company, Inc., Publishers.

Comments

Popular Posts