Sarang Burung Itu...

Puluhan sarang burung di sebuah pohon (?), Hutan Fakultas Biologi, UGM


Halo halo Jogja...:) [krik...]. Sudah lama sekali saya tidak menulis di "rumah" ini. Hmmmmm, gara-gara memotret sarang burung di sebuah pohon besar di hutan Fakultas Biologi UGM saya jadi secepatnya ingin mampir sebentar ke “rumah” ini. Ya, sarang burung itu membuat saya menulis lagi. Meskipun bukan hal yang penting. :)

Apa gerangan yang membuat saya lama sekali tidak berkicau di "rumah" ini? Saya pikir faktor malas berada di tingkatan teratas. Ya, saya malas sekali belakangan ini. Apa karena faktor pengangguran, sibuk mengerjakan hal-hal yang tidak pasti dan tidak jelas, atau memang hanya malas saja? Entahlah, sekarang saya masih diliputi awan mendung yang memblokir keinginan saya untuk menulis. Mosyok?

Kalau begitu, sebagai pemanasan karena mampir ke “rumah” lagi, saya bercerita saja tentang pertemuan dengan seorang kawan masa SMU tadi malam. Dia termasuk kawan saya untuk hal gila-gilaan semasa masih mengenakan seragam abu-abu putih. Layaknya dua orang yang sudah lama sekali tak bertemu maka kami pun mengobrol ngalor ngidul, membicarakan apa saja yang bisa menghangatkan kondisi selepas hujan malam itu. Dan percakapan seputar, si A sudah punya anak satu, si C sekarang sudah sukses dengan gaji bla bla bla, si F tidak ketahuan posisinya dimana, si S sebentar lagi akan menikah, si G masih dalam posisi bingung harus melangkah ke mana, menjadi topik obrolan kami kali ini.

Mendengar cerita teman-teman yang sudah membangun hidup masing-masing membuat saya teringat untuk berpikir. Lho, saya bisa berpikir? Hehehe. Iya, rasanya tingkat kemalasan saya sudah terlalu akut. Padahal banyak pekerjaan rumah untuk sebuah pekerjaan yang tidak pasti yang belum terselesaikan. Hadeh, sampai kapan saya terjebak dalam kemalasan tingkat akut ini. Dan kemudian saya lupa kalau saya pun harus membangun hidup. Wew, 

Terkadang saya ingin leyeh-leyeh saja, tidak usah mengerjakan apa pun dalam sehari –alasan retoris seorang pengangguran :)-. Tapi, ketika itu saya lakukan, bosan juga hasilnya. Terkadang saya ingin bersepeda keliling kota. Mengulik beberapa hal yang selama ini luput dari pandangan mata. Terkadang saya juga ingin membaca saja dalam sehari itu. Terkadang lagi saya ingin menulis –hal yang terlalu sering yang ingini namun terlalu sering pula saya jadikan hanya sebatas keinginan-. Lalu, terkadang saya ingin A, B, C, dan seterusnya. 

Apa begini rasanya ketika saya tidak terikat dengan apa pun yang nyata? Apa begini rasanya ketika masuk dalam proses membesarkan "anak" ideologis? Apa begini rasanya ketika harus berjuang sendiri untuk sesuatu yang saya yakini? Apa begini rasanya berusaha namun sedikit orang yang percaya? Rasanya super tidak pasti, kadang bingung, kadang optimis, kadang pesimis, kadang tidak berharap, kadang berbinar-binar, kadang lupa, kadang ingat, kadang membuat target –lebih sering mengingkari-. Meski demikian, saya sadar bahwa saya belum masuk ke area yang oleh anak muda masa kini dikenal sebagai area “GALAU” :D.

Hmmm, sudahlah. Saya hanya ingin meracau dan sedikit melakukan pemanasan untuk menulis lagi. Tak apalah jika saya harus kembali ke masa-masa awal menulis di “rumah” ini yang isinya hanya curhat dan urusan yang tidak penting. Mungkin saya sedang dalam keadaan stagnan dalam  menulis karena terlalu banyak hal penting dan tidak penting yang bersliweran di kepala. Toh ini juga bagian dari proses –saya memang juara ngeles :)-.

Comments

Nini said…
...Apa begini rasanya ketika saya tidak terikat dengan apa pun yang nyata?

hm.... kok berasa ya pada kata2 itu, apa sih yang dicari?
KWA Wardani said…
hehehehe...:)

Apa ya yang dicari? Pengalaman? Uang? Teman? Hehehe, rasanya mau cari harta karun saja :)

Popular Posts