Anyer – Panarukan: Merencanakan di Batu Raden (4)
Baturaden |
Detik-detik saya mengakhiri pekerjaan di Jakarta sudah semakin dekat. Itu artinya ekspedisi Anyer – Panarukan yang diwacanakan menanti untuk segera diwujudkan. Yep, tanggal sudah kami tentukan. Selanjutnya mempersiapkan hal-hal teknis dan muatan untuk perjalanan.
Undangan seorang teman lama untuk mengunjungi kota tempatnya bekerja, Purwokerto, tampak menggiurkan. Saya pun mengajak serta Mbak Mel, calon sekutu saya dalam ekspedisi besok. Hitung-hitung pemanasan karena sebelumnya kami tak pernah terlibat perjalanan dalam hitungan harmal berdua saja. Sekaligus untuk memantapkan hati.
Menurut saya rekan seperjalanan itu sangat menentukan indah atau tidaknya sebuah perjalanan. Berhubung saya bukan tipe “single fighter” jadi saya membutuhkan rekan seperjalanan yang saya harapkan satu visi misi dengan saya. Pun ketika visi misi tidak begitu sama namun setidaknya masih ada beberapa hal yang sama yang menjadi fokus perhatian kami. Jadi, cocoklah pepatah yang menyebutkan “indah atau tidaknya sebuah perjalanan itu tergantung dengan siapa kamu menjalaninya.”
Maka pada 23 April 2011 kami menggelar rapat sederhana di Batu Raden. Kok di Batu Raden? Ya, mau di mana lagi. Masak di Alun-alun kota. Batu Raden dengan udaranya yang sejuk cocok sekali untuk tempat berpikir dan mematangkan rencana-rencana perjalanan. Namun, nyatanya kantuk lebih sering datang. Hehehe.
Rute Anyer – Panarukan yang sebenar-benarnya, kota-kota yang akan dilintasi, kota-kota yang akan dieksplorasi lebih dalam, tempat-tempat penginapan gratis dan berbayar, anggaran untuk makan, anggaran untuk bensin, serta anggaran cadangan menjadi topik pembahasan dalam rapat terbatas itu.
Mengenai rute, kami memang belum mendapatkan rute yang sebenar-benarnya. Ada banyak versi terkait rute Jalan Raya Pos Daendels ini. Jadi, berhubung kami tidak membawa salinan lengkap semua versi rute Jalan Raya Pos maka kami putuskan untuk menunda bahasan rute. Kami akan melakukan riset khusus untuk ini, tidak di Batu Raden tentunya.
Sebagai langkah awal, kami mendaftar kota-kota mulai dari Anyer – Banten – Jakarta – Bogor – Puncak – Bandung – Sumedang – Cirebon – Tegal – Pekalongan – Semarang – Kudus – Pati – Rembang – Lasem – Tuban – Gresik – Surabaya – Sidoarjo – Pasuruan – Probolinggo – Panarukan.
Adapun hal-hal yang ingin kami amati di tiap kota, antara lain: (1) perbandingan kondisi dulu dan sekarang, (2) membuktikan teori para ahli mengenai kota-kota yang direncanakan, (3) pendokumentasian perjakanan, (4) aspek arkeologi, dan (5) kearifan lokal.
Karena berangkat dari Jakarta, maka kami akan menginap di Anyer. Di Anyer kami akan mengunjungi Titik Nol, pelabuhan lama, dan rel kereta Anyer Kidul.
Hari berikutnya kami akan menjelajahi Banten. Kami akan singgah ke Benteng Spelwijck, Keraton Surosowan, Danau Tasik Ardi dan jaringan perairannya, Pelabuhan Karang Antu, dan Istana Kaibon.
Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Jakarta. Di sini kami akan menginap beberapa hari untuk mengisi penuh amunisi. Selain itu juga untuk memastikan rute Jalan Ray a Pos di dalam kota.
Setelah cukup, kami lanjutkan perjalanan ke Timur. Ada Bogor yang memang hanya kami lewati saja. Di Bogor kami akan mencari jalan raya pos di dalam kota dan singgah sebentar mengintip pabrik ban Goodyear. Perjalanan diteruskan menembus Puncak hingga ke Bandung.
Mendekati Bandung kami menjadwalkan untuk mampir ke daerah Rajamandala. Menurut buku Ekspedisi Anjer – Panaroekan KOMPAS, di sini masih tersisa jalan raya pos yang asli.
Salah satu buku babon dalam merencanakan ekspedisi Anyer - Panarukan 2011 |
Bandung, “Parijs van Java”, yang selalu memikat hati menjadi kota yang mendapatkan jatah waktu eksplorasi yang lumayan lama. Kami menjadwalkan untuk menginap dua malam di Bandung. Titik Nol Bandung masuk ke dalam daftar teratas tempat-tempat yang harus kami singgahi. Selain itu ada Kopi Aroma, jalan raya pos di dalam kota, alun-alun, dan Hotel Surabaya di Jl. Kebon Jati.
Sumedang menjadi titik selanjutnya yang kami tuju. Namun, kami tidak menginap di Sumedang. Hanya lewat saja. Hanya bertukar sapa dengan patung Pangeran Kornel di Cadas Pangeran.
Lalu kami akan menginap di Cirebon selama dua malam. Ada pelabuhan lama, alun-alun, makam Sunan Gunung Jati, dan pabrik gula yang akan kami kunjungi.
Oh iya, di tiap kota yang kami lewati, terlebih kami inapi, yang wajib didatangi ialah stasiun kereta api. Entah itu yang masih aktif maupun yang sudah tidak digunakan lagi. Selain itu alun-alun dan kantor pos juga wajib dikunjungi. Kami berasumsi bahwa lokasi jalan raya pos tidak akan menjauhi ketiga titik tersebut.
Setelah Cirebon, kami akan melewati Brebes. Lalu berhenti sebentar di Tegal untuk mencari stasiun, benteng, alun-alun, dan pelabuhan.
Pekalongan menjadi tempat yang akan kami eksplorasi lebih dalam. Namun, kami masih belum memutuskan akan menginap di sini atau tidak. Bisa jadi kami menginap di Batang karena koneksi untuk penginapan gratis ada di sana. Tak tahulah. Yang penting di Pekalongan kami akan mencari museum batik, benteng, TPI, alun-alun, dan kota.
Di Semarang saya –dengan egois :D- menganggarkan menginap dua malam. Tentunya di hotel idaman yang sejak di bangku kuliah selalu saya impikan. Hotel yang belakangan akan memberikan pengalaman tak terlupakan seumur hidup. Ya, kami akan menginap dua malam di Semarang.
Ada banyak objek di Semarang, dalam hal ini di bagian kota lama. Kota Lama Semarang bak harta karun bagi saya. Ia mampu menawan saya hingga betah. Hehehe, berlebihan tapi itu perasaan yang paling jujur dari hati saya. Di sini kami akan mengunjungi Gereja Blenduk, salah satu ikon Kota Lama Semarang. Lalu berikutnya menyusul Pecinan, Lunpia Gang Lombok, bekas benteng, Semawis, dan pelabuhan.
Lalu kami akan menuju Demak. Di sini jelas kami tak menginap. Kami hanya akan sowan ke Masjid Agung dan Alun-alun.
Kudus menjadi tempat peristirahatan kami untuk sementara. Di sini kami akan menginap semalam dan mengeksplorasi daerah di sekitar Masjid Menara Kudus. Museum Kretek juga menjadi titik yang kami kunjungi karena teman tempat kami menumpang tidur bekerja di sana.
Kemudian perjalanan dilanjutkan melewati Pati. Di sini kami akan mampir ke pelabuhan dan kampung nelayan. Lalu Juwana juga kami lewati. Kami akan singgah di pelabuhan.
Rembang menjadi titik yang kami kosongkan dulu karena belum ada gambaran selain “Ibu Kita Kartini".
Kami langsung menuju Lasem yang tampaknya lebih menarik. Di sini kami berencana untuk mampir ke tempat Pak Sigit dan belajar tentang batik Lasem yang khas itu. Kami akan menginap di Lasem sebelum meneruskan perjalanan ke Tuban.
Kami tak menginap di Tuban. Eksplorasi secukupnya saja di kelenteng dan pelabuhan. Setelah itu langsung menuju Gresik dan menginap semalam di sana.
Kauman, pelabuhan, dan benteng menjadi titik tujuan selama di Gresik. Semoga kami bisa menemukan ketiganya.
Perjalanan diteruskan ke Surabaya. Kami akan menginap di sini. Alun-alun, pecinan, dan jalur jalan raya pos menjadi fokus perhatian kami selama di Surabaya.
Beranjak dari Surabaya, kami menuju Pasuruan. Kota ini memiliki kota tua yang cukup bagus, menurut informasi seorang teman. Jadi, kami akan menginap di Pasuruan untuk memenuhi hasrat saya akan bangunan tua. Hehehehe.
Probolinggo penghasil mangga juga akan menjadi kota tempat kami menginap. Di sini kami akan mencari stasiun, benteng, dan pelabuhan.
Dan akhirnya Panarukan. Tentu kami akan menginap di sini. Ada pelabuhan, benteng, dan pusat pergudangan yang akan kami singgahi. Setelah itu perjalanan ekspedisi Anyer – Panarukan akan ditutup dengan sedikit “pesta” di Banyuwangi.
Total anggaran yang meliputi bensin, servis motor, makan, penginapan, biaya pengiriman motor Jogja – Jakarta, serta biaya lain-lain sejumlah Rp 2.875.00,-. Anggaran yang masih masuk akal untuk dibagi berdua dengan lama perjalanan sekitar 17 hari.
Begitulah rencana kami di Batu Raden. Rencana ini bisa jadi sesuai atau mendapatkan improvisasi saat penerapan di lapangan. Kami tak tahu. Kami hanya akan menjalankan saja.
Comments