Menikmati Jajanan Kali Lima Rawamangun


Jajanan kaki lima di Rawamangun
Siang menjelang sore kali ini (20/5) di Jakarta sungguh terik. Apalagi kalau harus melaluinya dengan berada di luar ruang, berjalan kaki, naik angkot, lalu jalan kaki lagi. Rasanya bergalon-galon air tidak akan mampu menyapu dahaga begitu saja. Dehidrasi akut.

Rasanya saya ingin membeli es yang banyak. Lalu membeli es lagi, tambah lagi, lagi, dan lagi. Sampai banyak sekali esnya. Sampai seperti di kutub. Pokoknya yang banyak. Saya mau minum es sebanyak-banyaknya kali ini.

Jus yang langsung tandas :)
Lalu saya dan teman memutuskan untuk mampir ke sebuah warung jus pinggir jalan di daerah Rawamangun. Sebenarnya cerita agak panjang, karena niatan awal ke daerah ini untuk menjenguk ayah dari teman yang menjalani rawat inap di RS Persahabatan. Tapi satu dan lain hal menyebabkan saya malah terjebak di sebuah warung jus yang saya impikan esnya sejak di dalam angkot :)


Saya memesan jus terung Belanda, sementara teman memesan jus buah naga campur jeruk. Es di dalam jus sudah bercampur dengan buahnya. Tegukan pertama sangat menyegarkan. Hmmmmm, tapi esnya kurang. Tidak seperti yang saya bayangkan. Banyak seperti di kutub. Hehehe. Tapi sejauh ini rasa jus buah naga campur jeruk pesanan teman saya jauh lebih juara dibandingkan dengan jus terung Belanda yang saya pesan.

Dari menikmati es jus kami mendadak betah berlama-lama duduk mengamati pedagang-pedagang di sekitar. Ada gerobak gorengan. Lalu ada gerobak batagor. Ada gerobak bakso. Lalu menyusul ibu dengan gerobak cakwe.

Cakwe di dalam penggorengan
Nah, ini yang menarik. Kami jadi memperhatikan si ibu cakwe karena beliau baru saja tiba. Kami jadi bisa mengamati tahapan-tahapan produksi cakwe dari penyiapan kompor hingga produk jadi yang siap dijajakan. Di dalamnya termasuk mengomentari soal selang kompor gas yang membuat saya ketar-ketir. Atau perihal minyak yang digunakan.

Saya iseng membuat video si ibu cakwe membuat cakwe. Ya, memang tidak bisa mengetahui proses pembuatan adonan. Tahapan yang saya rekam berawal dari adonan yang sudah siap dipotong-potong dan digoreng saja. Tapi entah kenapa mengamati pedagang cakwe sore ini di tengah panasnya Jakarta amat sangat menyenangkan.

Si ibu cakwe ini hebat lho. Dia mendorong gerobak hingga menyiapkan peralatan dan mulai mengolah cakwe hingga matang hanya seorang diri. Wah wah wah. Kalau saya pasti sudah kelabakan. Tapi ternyata biasanya si ibu ditemani oleh kakaknya. Kebetulan sore ini sedang berhalangan. Si ibu cakwe tak disangka sudah memiliki lima gerobak lho. Kelimanya tersebar di seantero Jakarta. Hehehe, auk di mana saja :D

Cakwe yang diproduksi memang bukan cakwe Medan. Tapi dari penjelasan si Ibu, saya baru paham beda antara cakwe biasa dengan cakwe Medan. Menurut beliau, cakwe Medan lebih besar dan panjang dengan saos yang lebih pedas. Selain itu harga cakwe Medan biasanya 2,5 kali lipat dari harga cakwe biasa.

Hiburan ondel-ondel
Eh, dari kejauhan terdengar suara alunan musik yang biasa digunakan untuk mengiringi ondel-ondel. Wah, hiburan menarik ni. Tidak lama kemudian si ondel-ondel mulai tampak. Menari lincah dikawal pemain musik. Alat musik disusun di dalam gerobak. Saya mencoba mencari "kantong" uang yang biasa disediakan untuk donasi. Tapi kok tak kunjung menemukan. Ternyata dipegang oleh salah satu personel dan diedarkan. Jadinya saya tak sempat memberikan apresiasi materi kepada kelompok ondel-ondel itu :(

Entahlah. Sore yang menarik di area jajanan kaki lima Rawamangun. Dari jenis-jenis pedagang dan komoditasnya. Lalu proses menyiapkan peralatan dan memasaknya. Perilaku konsumennya. Ditambah lagi dengan para pedagang yang mulai berganti ketika hari semakin sore. Sore ini masuk ke dalam jajaran sore terbaik saya selama singgah di Jakarta.

Comments

Popular Posts