Dendeng Batokok Kerinci, Rasanya Lengket di Kepala

Semua makanan yang melalui proses pengasapan terasa lebih mantap. Itu menurut saya. Se'i di Kupang, ikan asap kuah santan di Jepara, atau mangut lele Mbah Marto bisa menjadi referensi yang pas. 

Begitu pula di Jambi. Saya begitu penasaran dengan dendeng batokok Kerinci. Apa yang membedakannya dengan dendeng batokok yang biasa saya makan di rumah makan Padang? Untuk menjawab rasa penasaran itu, saya mengajak Eglek makan siang di Rumah Makan Dendeng Batokok Pusako Khas Kerinci di Jalan Lingkar Barat. 

Tiga lembar daging persegi panjang terhidang di sebuah piring kecil. Sayangnya hari ini sambal khusus teman dendeng batokok ini tak dibuat oleh si pemilik. Maka kami pun melahapnya bersama sambal cabai merah biasa. 

Tak perlu khawatir dengan absennya si sambal. Rasa dendeng batokok ini kental dengan aroma asap yang nikmat. Teksturnya yang lembut membuat kita tak usah terlalu capek mengunyah. Bumbunya meresap. Saya curiga mereka menggunakan minyak kelapa ketika memanggangnya. Nafsu makan seketika bertambah. Padahal teman si dendeng hanya rebusan daun ketela, sambal, dan sambal terung & tempe. Nikmat sekali :) 

Mencicipi dendeng batokok khas Kerinci di warung makan tepi jalan Lingkar Barat ini seperti meresapi kehidupan para sopir yang sering mampir di sini. Jauhnya lokasi warung dari kota seakan terbayar meski hanya dengan selembar dendeng batokok :)

Jambi, 7 Januari 2013

Menu makan siang :)

Dendeng batokok Kerinci ini rasanya nempel di kepala :)

Berasa jadi sopir truk pas makan di sini :)

Rumah Makan PUSAKO

Harus jeli mengamati papan nama ini, kalau tidak bisa terlewat

Rumah makan ini tak besar, sederhana saja

Tampilannya tak jauh beda dengan rumah makan Padang

Interior rumah makan PUSAKO


Comments

Popular Posts