Angkringan Sari Tape Dele

Angkringan Sari Tape Dele

Angkringan Sari Tape Dele, depan Ndalem Gamelan, Yogyakarta [15 Januari 2015]

"Kadang ada yang minta dicampur kopi, ada juga yang minta dengan jahe. Kalau zaman sekarang istilahnya saya ini bartender," ujar Pak Suparjo yang langsung dibalas dengan gelak tawa dari kami. Pak Suparjo menjadi salah satu pemilik angkringan di dalam kawasan Jeron Beteng, Yogyakarta. Angkringannya populer dengan sebutan "Angkringan Sari Tape Dele". Produk khas yang ditawarkan di sini pastinya wedang sari tape dele yang jos panasnya. Cocok diminum selagi cuaca dingin.

Pak Suparjo memulai bisnis angkringan sejak 1978. Ia mendapatkan warisan resep wedang sari tape dele dari ayahnya. Ayahnya berjualan wedang tersebut sejak 1958 tak jauh dari kediamannya di dekat Ndalem Gamelan. Dulu ayahnya menggunakan pikulan sebagai media jualan. Namun, beliau tidak menawarkan wedang dengan cara berkeliling. Cukup duduk di sisi barat perempatan Jalan Gamelan untuk melayani pelanggan.

Uniknya angkringan Sari Tape Dele ini baru buka sekitar pukul 21.30 dan tutup pukul 03.00 WIB. Jadi pas banget buat siapa saja yang suntuk selagi begadang. Siapa tahu dapat inspirasi setelah menikmati wedang racikan Pak Suparjo ini.

Wedang Sari Tape Dele yang jadi ciri khas angkringan milik Pak Suparjo
Semua panganan yang disediakan di angkringan ini buatan sendiri. Tak ada panganan titipan dari luar. Rupanya Pak Suparjo cukup memperhatikan standar kualitas. Beliau khawatir cita rasa yang tidak konsisten ketika makanan yang disajikan berasal dari titipan orang lain.

Variasi panganan di angkringan ini terbilang tidak banyak. Untuk gorengan hanya tersedia tahu isi, tape goreng, dan pisang goreng. Namun, uniknya ada jadah bakar yang sangat jarang dijumpai di angkringan pada umumnya. Rasa jadah bakarnya bagi saya mengingatkan pada kipo. Ukurannya kecil dengan legit yang dominan.

Jika Anda bisa bicara dengan menggunakan bahasa kromo maka Pak Suparjo akan menjadi teman ngobrol yang menyenangkan. Bukan berarti tidak menyenangkan ketika menggunakan bahasa Indonesia. Hanya saja gaya bicara Pak Suparjo ini sangat halus. Jawa sekali. Beliau pun sangat ramah dan terbuka menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kami.

Jadwal tutup: Minggu dan hari-hari tak terduga [ketika ada urusan keluarga]
Lokasi: Depan Ndalem Gamelan, Jeron Beteng, Yogyakarta

Comments

Popular Posts