Ekspedisi Banyuwangi [Hari 2]: Ke Kemiren untuk Kopi atau Mandi?

Petunjuk di Desa Kemiren

Banyuwangi, 28 Januari 2015 
untuk Pak Sopir yang baik hati

Orang-orang bilang kalau sudah tidak ada lagi angkutan umum menuju Desa Kemiren. Angkutan umum yang dimaksud berupa pick up yang diberi atap. Beberapa orang lainnya bilang kalau angkutan itu hanya ada saat pagi hari untuk mengantar para penjual sayur dan anak sekolah. Lalu ada lagi sekira pk. 13.00 untuk mengangkut anak sekolah pulang menuju rumah.

Bu Nah, pemilik penginapan tempat kami bermalam menyarankan untuk jalan kaki saja. Tidak jauh menurutnya. Dari penginapan ambil arah kanan hingga bertemu terminal Sasak Perot. Lalu ke kiri dan terus saja, berpapasan dengan patung barong, terus lagi dan tibalah di Desa Kemiren.

Namun, pagi ini kami mengalami petualangan yang sedikit berbeda. Awalnya kami memang niat berjalan kaki. Tapi sopir angkot L4 yang melintas menanyakan tujuan kami. Beliau meyakinkan akan mengantarkan kami ke Osing, begitu nama populer Desa Kemiren. Hanya dengan Rp 5.000 kami bisa menghemat tenaga jalan kaki untuk keperluan saat pulang menuju kota, misalnya.

Di dalam angkot sempat terlintas komentar beberapa pejalan yang mengeluhkan betapa culasnya sopir-sopir angkutan umum di Banyuwangi. Saya pun pernah merasakannya pada akhir 2008. Tapi itu kan sudah lama sekali. Masak tidak ada perubahan. Jadi saya mencoba untuk berpikir positif saja.

Tak berapa lama kami melewati terminal Sasak Perot. Papan penunjuk jalan dengan jelas menggambarkan arah menuju Desa Kemiren. Kami harusnya belok ke kiri. Tapi Pak Sopir dengan santainya tetap belok kanan dan membawa kami menuju kota. Mungkin mampir ke kota dulu, cari penumpang, lalu ke Desa Kemiren. Berpikir positif.

Angkot berhenti tak jauh dari Rumah Makan Osing. Kami saling pandang. Ini jelas salah tangkap. Mungkin Pak sopir mengira kami hendak pergi makan di sini ketika menyebut “Osing”. Padahal kami juga baru tahu kalau ternyata ada rumah makan bernama “Osing” di sini.

Menangkap kebingungan di muka kami, Pak sopir kembali bertanya tentang tujuan kami. Kira-kira gambaran percakapannya seperti ini:
Sopir: Tujuannya mau ke mana?
Saya: Kemiren Pak.
Sopir: Mana?
Saya: Desa Kemiren.
Penumpang lain: O, pemandian.
Saya: Iya –Iyain aja dulu-
Sopir: Ya sudah nanti saya antar, tapi antar Simbah ini dulu ke pasar ya.
Penumpang lain: Pak Sopir sudah pasti tau tempat tujuan kalian. Santai saja. Mau mandi ya di sana. Ada kolam besar lho.
Saya: ???

Setelah semua penumpang selain kami diantarkan ke tujuan masing-masing, Pak Sopir menepati janjinya. Jalan yang ditempuh kali ini menjauh dari kota. Kami melewati jalan desa. Cukup lama. Pemandangan di kanan dan kiri cukup bagus. Saya seperti anjing yang dibawa jalan-jalan. Senang sekali.

Lalu kami nyaris diturunkan di depan area yang aneh sekali. Aneh karena tidak menyangka di tengah desa ada tempat seperti ini. Oh, mungkin ini yang dinamakan pemandian. Berarti kami sudah mendekati Desa Kemiren.

Lagi-lagi Pak Sopir menangkap raut bingung kami dan kembali bertanya. Kami jawab bahwa kami hendak ke warung kopi. Kami ingin cari kopi di Kemiren. Lalu ia melarang kami untuk turun dan kembali tancap gas. Sekitar 20 m ia baru menurunkan kami. Kami diberi pengarahan untuk mampir makan di warung di bawah beringin. Di sana makanannya murah dan enak. Terus soal kopinya, Pak? Itu urusan selanjutnya.

Comments

Popular Posts