Pameran Arsitektur "Meng-Intervensi Ruang" yang Menyedihkan

Pengumuman pameran di media sosial
Benteng Vredeburg, 17 Maret 2015

Saya dan Cong bergegas menuju Benteng Vredeburg untuk menyaksikan pameran "Meng-intervensi Ruang" sore itu. Petugas loket seakan tak mengenali acara yang diselenggarakan oleh tiga instansi itu. Maka kami pun bertanya pada petugas keamanan. Beliau menunjuk satu area yang sering digunakan untuk pameran yaitu selasar selatan gedung sisi utara.

Meja informasi kosong. Hanya aja panil-panil berisi poster karya pemenang sayembara dan arsitek-arsitek generasi pertama di Indonesia. Poster dari kedua tema tersebut tampak mendapat perlakuan yang berbeda. Sentuhan agak serius diberikan pada poster arsitek generasi pertama. Tema kedua yang diusung dalam pameran ini hanya mendapat sentuhan setengah hati.

Mungkin karena keterbatasan kemampuan untuk mencerna maka saya tak bisa memahami kaitan antara judul pameran dengan penjelasan yang disajikan dalam sebuah spanduk norak bercita rasa rendah di area tengah pameran. Hanya desain spanduk seperti inikah yang mampu diciptakan oleh kelompok arsitek? Saya pikir mereka bisa mencipta sesuatu yang lebih apik. Tapi mungkin saja mereka tak punya cukup waktu. Atau memang selera rendah.

Spanduk pameran yang seperti mati gaya.
Di dekat spanduk norak itu baru saya jumpai sekelompok orang sibuk dengan percakapan mereka sendiri. Seorang dari mereka menghampiri saya hanya untuk meminta tanda tangan bukti kehadiran di dalam pameran. Tak ada penawaran untuk memandu menjelaskan konsep pameran dan hal-hal yang dipamerkan. "Kamu si mungkin masih bisa mencerna denah seperti ini Mbak, lha kebayang ga sih gimana orang awam yang ngeliat ini?" ujar Cong yang juga arsitek menanggapi poster berupa denah-denah dengan penjelasan yang minim.

Salah satu poster denah yang "burem"


Pameran ini sungguh mengecewakan. Seperti biasa kita terlalu suka mengusung hal besar seperti "Meng-intervensi Ruang" tapi tak sepenuh hati mewujudkan ide tersebut ke dalam bentuk nyata. Padahal ini belum akhir tahun yang dikenal sebagai waktu untuk "membuang" anggaran dengan kegiatan tak berarti. Ini masih awal tahun! Kok ya saya pikir masih jauh lebih kreatif calon-calon arsitek muda UGM dengan Wiswakharman Expo-nya. Meskipun di dalam karya presentasi mereka masih banyak hal yang harus diperdebatkan. Tapi mereka menawarkan sesuatu yang lebih hidup dan membuka ruang dialog bagi awam.

Poster kliping berita tentang dunia arsitektur Indonesia yang bisa jadi isinya menarik tapi hanya dapat tempat lesehan.

Benteng Vredeburg, 20 Maret 2015

Perasaan kecewa dengan pameran tempo hari ternyata tidak menyurutkan keinginan saya untuk datang lagi ke Vredeburg jumat malam. Sesuai dengan informasi yang disebarluaskan lewat media sosial dan spanduk di halaman depan benteng, hari Jumat (20 Maret 2015) pk. 19.00 - 21.00 WIB akan ditayangkan film-film dokumenter tentang arsitektur. Ada Rumah Angin karya PDA, Rumah Silaban karya mAAN, dan Rumah Asuh karya Han Awal & Patner. Film terakhir inilah yang menguatkan niat saya untuk gowes ke benteng.

Sesampainya di pintu masuk benteng kami justru disambut oleh panitia Yogyakarta Night at The Museum. Ketika kami tanyakan soal film mereka menginformasikan jika film sudah habis alias sudah selesai diputar. Tapi ini masih pk. 19.00 WIB, bagaimana mungkin acara pemutaran film sudah berakhir?

Kami tetap ngotot untuk masuk ke benteng dan "disapa" oleh petugas keamanan. Mereka mengonfirmasi bahwa tak ada pemutaran film. Tak ada satu pun panitia yang muncul. Menurut mereka beberapa orang juga bernasib sama seperti kami. Mereka menyarankan kami untuk protes ke panitia.

Dan memang benar karena saya menyaksikan sendiri beberapa orang tampak kecewa ketika mendapat informasi dari panitia Yogyakarta Night at The Museum bahwa acara film telah usai. Terlepas dari kesoktahuan panitia itu, namun tindakan panitia penyelenggara pameran "Meng-intervensi Ruang" ini sungguh keterlaluan.

Bagaimana mungkin sekelas Ikatan Arsitek Indonesia dan Kemendikbud bisa melakukan hal seperti ini? Mereka melakukan hal yang sama dengan Duta Museum Yogyakarta 2014 saat membatalkan sepihak presentasi yang informasinya sudah menjadi satu paket dengan acara Jagongan Media Rakyat. Tapi IAI dan Kemendikbud ini punya status lebih kuat dibanding duta-dutaan itu. Sayangnya perilaku mereka tak jauh beda.

Saya benar-benar tak habis pikir kok bisa sekelas mereka begitu tidak percaya dirinya mengadakan sebuah pameran yang anehnya berani untuk dipublikasikan secara massal. Atau jangan-jangan mereka tidak punya integritas terhadap profesi dan tidak mampu menjaga nama baik organisasi? Entahlah, tapi untuk semua alasan apapun rasa-rasanya kita sudah harus "move on" dari perilaku membuang dana untuk kegiatan yang tak dilengkapi dengan niat dan hati.

Ironis, pameran yang mengusung tema besar ini harusnya bisa jadi salah satu media yang menggambarkan kebesaran arsitek-arsitek generasi awal Indonesia. Namun, pelaksanaan yang amburadul justru malah menjatuhkan citra dunia arsitektur Indonesia.

Pemasangan umbul-umbul pun kayaknya belum punya standar. Malah merusak pemandangan. Ga ada bedanya antara arsitek dengan penyelenggara acara pada umumnya.

Comments

Unknown said…
Ah anda terlalu "lebay" saya kira anda berlebih2an dalam menanggapi semua hal di atas... Kalau untuk mencarai kesalahan orang2 itu ursan mudah... semoga anda selalu berada di jalan yg lurus... Aamiin... Ngomong2in masalah pemborosan uang, kenapa anda tidak komentar sekalian dengan kondisi negara kita sekarang...? Atau anda sudah banyak menghemat untuk persiapan akhir tahu kelak... Piss mas bro... Shared aja... Semua punya hak kok... ☺️
Mel said…
Wah yg komen di atas ketok e panitia nih! :D
Titip dong Nu...sampein rasa mangkelku, yg udah mlm2 spedaan ke benteng, tnyata acaranya batal tanpa kabar :( Gak nyangka deh...sekelas IAI kok gak profesional gitu, meremehkan publik yg berminat dtg :(
KWA Wardani said…
Iya nih, kayaknya doi arsitek tulen yang udah lama gabung sama IAI. Hehehe.

Maaf Mas Bro Abang. Saya memang lebih suka merhatiin hal kecil dibanding yang gede-gede kayak negara. Ga mampu saya. Saya juga ga dalam rangka cari-cari kesalahan orang-orang kok. Saya hanya mencoba kritis. Jika baik ya akan saya puji. Begitu juga sebaliknya.

Maaf lagi ni Mas Bro Abang, saya ga paham dengan maksud Anda tentang "banyak menghemat untuk persiapan akhir tahun kelak". Maksudnya menghemat untuk beli terompet atau kembang api gitu? Kok kayaknya ga berhubungan ya dengan kritik yang saya ajukan. Sebenarnya akan lebih informatif jika Anda memberikan penjelasan mengapa acara IAI di Benteng Vredeburg tempo hari bisa segitu "payah"nya atau justru baik-baik saja di mata Anda? Tulisan kritis boleh banget kok dibalas dengan tulisan kritis. Saya pikir udah ga zamannya lagi mengkritisi atau berkomentar dengan konteks yang ga jelas.

Salam damai :)
Unknown said…
Mas bro2... Saya sih bukan panitia... Tapi kemaren berpartisipasi aja... Dan kita emang kurang memperhatikan detail acara karena kita focuskan pada rangkaian rakernasnya aja... Kalau pemutaran film dan ziarah arsitekturnya hanya rangkaian pelengkap aja...

Paling gak saya ikut lah berpatisipasi memperjuangkan hak-hak sodara2 sesama arsitek untuk memperjuangkan Undang-undang Arsitek... Bukan membuat kritik2 yang saya pikir gak ada juga untungnya buat mereka2. Masalah karya itu di taroh panitia di lesehahan atau di frame... Itu nyeni aja kali mas dab... Semuanya susah di atur di arsitektur... Coba aja anda lihat dari penyajian tugas itu yg paling "kecil". emang situ bukan ngarsitek ya? Semuanya punya cara masing-masing biar kelihatan beda... Dan kita gak akan ada yang d suruh pakai seragam... Masa arsitek seragam... ☺️ Pakai "crtl C dan crtl V" mas dan bro... Simple...

"Buat beli kembang api kali bro..." Saya juga bingung dengan anda "membuang" apa yang di buang di situ bro...? Emang situ tahu berapa dan apa yang di buang sama panitia... ✌️

Emang saya gak suka banyak2 berhubungan kan ada juga normalkan... 😊

Yang mengkel gowes ke vredeburg... 😄 ambil saja sisi postifnya... Anda membuang tumpukan kotoran lemak di dalam tubuh dan menikmati malam dengan bersepeda 👍👍👍. Goweser sejati gak pernah mengkel kalau dah mpe tujuan...
Unknown said…
pekerjaan yang paling mudah adalah menyalahkan yang lain...
mr.narotama said…
Sama-sama menghargai saja. yang mbuat acara perlu dihargai, yang mengkritik juga dihargai. Pasti berikutnya lebih baik!.
Banyak contoh event rutin yang bagus, awalnya hanya sepele dan kecil, tapi yang penting mulai dulu. Semoga event-event IAI selanjutnya bisa lebih bagus, syukur-syukur yang muda bisa lebih banyak pertisipasi.
KWA Wardani said…
Hehehe, pantesan Mas Bro Abang keliatan banget sebelnya ama tulisan saya. Saking sebelnya kasih komentar sampe ga nyambung gitu :P
Naga-naganya komentar2 selanjutnya juga akan senada.

Sebelum nulis ini saya udah sadar dengan akibatnya. Pasti di"bully" lah. Hehehe. Awam seperti saya harusnya nyadar diri kok bisa-bisanya mengkritisi tuan-tuan arsitek yang mumpuni itu. Mana pernah tuan-tuan arsitek itu salah yak. Apalagi udah ikut memperjuangkan Undang-Undang Arsitek segala. Saya ini ma apalah. :) Warga biasa yang doyannya nyinyir :D

Dan kalo ngeliat respon Mas Bro Abang dkk kayaknya saya ga perlu respon serius lagi. Ga akan nyambung. Mas Bro Abang khas banget para tuan arsitek kebanyakan yang njelimet dan ga kontekstual. Saya si sepakat untuk tidak sepakat :) Saya maklum orang-orang Indonesia itu jarang ada yang bisa diajak diskusi sehat :D

Salam damai untuk para tuan arsitek :)
Anonymous said…
Abang sutiansyah sangat bodoh penyataannya. Maaf bang dari membaca tulisan anda saja saya langsung tau tipikal arsitek seperti apa anda...
Anonymous said…
Maaf mas, tulisan anda ngga nyambung dan kurang kritis. Sepertinya anda menganggap hal ini personal sekali ya..
Unknown said…
Hahahaha
Siap... Tuan master anonymous... Di sini bebas aja kali ya... ✌️Btw kalau berani pakai wujud jangan kayak mahkluk yg gak ada wujudnya... Siapaun tuan bapak ibu itu 😊
Kalau smart beranilah... Tapi kalau mau sembunyi2 juga gpp... Gak ada yg marah kok... W̶̲̥̅̊α̩̩̩̩̥к̲̣̣̥ά̲̣̥k̶̲̥̅̊ɑ̣̣̝̇̇α̇̇̇α̩̩̩̩̥W̶̲̥̅̊ά̲̣̥α̇̇̇α̩̩̩̩̥k̶̲̥̅̊ɑ̣̣̝̇̇ά̲̣̥α̇̇̇W̶̲̥̅̊ɑ̣̣̝̇̇α̩̩̩̩̥к̲̣̣̥ά̲̣̥α̇̇̇=))
Unknown said…
Kata alm. Om bob. Orang pintar belajar keras untuk mencari pekerjaan... 😄
Tapi orang goblok Berjuang keras agar bisa membayar pelamar kerja... ✌️✌️✌️
Unknown said…
Ada yg ngomong ini...? Kok gak kelihatan ya wujudnya...? 😜
Atau jangan2? ✌️

Btw Emang ini penting ya...?
Unknown said…
sepatutnya kita hargai apa yang sudah dilakukan oleh teman-teman IAI untuk mengadakan acara ini, terlepas dari segala kekurangan itu suatu hal yang wajar. kesuksesan acara salah satunya karena ada andil kita-kita yang menjadi pengunjungnya. jika acara ini di jakarta, saya akan menyempatkan hadir dan turut meramaikannya. sekalian saya juga akan ajak teman-teman saya yang lain untuk ikut hadir ke acara ini. sekalipun mungkin acaranya kurang meriah. atau apa yang diharapkan ternyata tdk dapat terealisasi. tapi lumayan buat saya menambah kenalan. buat yang tulis ini, terima kasih sudah membuat suatu kritikan melalui tulisan ini, buat panitia, jadikan masukan yang positif. kalau bisa kedepannya untuk yang tulis ini dapat juga membantu panitia untuk mengadakan acara yang sesuai dengan keinginan anda dan acara yang lebih meriah. salam sukses semuanya.. salam arsitektur indonesia... www.arsitektur-indonesia.com
Mel said…
Wah slamat ya...kyknya artikel ini nge-hits banget. Udah brp nih pengunjungnya...1000? 5000? :-)

Membaca tulisan ini & komen2 para IAI mania, yg bs sy simpulkan:
1. Acara ini sbenarnya biasa aja. Klo dilihat dari penyajiannya yg terkesan ecek-ecek, pasti ini bukan acara yg penting bagi IAI. Tapi membaca komen2 IAI mania di atas, saya jd bingung, kenapa IAI mania sgitu panasnya melihat opini di tulisan ini? Klo acaranya gak penting, hrsnya opini ini pun tak perlu digubris bukan? Atrau apakah IAI sejenis lembaga bebas kritik? Yg spt ini kali ya yg memunculkan jargon "Arsitek = Tuhan"?

2. Semua komen IAI mania di atas ingin karya/acara mrk ini dihargai oleh publik. Ingin segala kekurangan dimaklumi. Tapi ironinya mrk sama sekali tdk menghargai publik. Dari semua komen, ga ada satu pun yg minta maaf kepada publik (yg telah datang ke benteng) atas perbuatan tidak menyenangkan, yaitu meniadakan acara pemutaran film tanpa kabar dan alasan yg jelas. Bahkan satpam di benteng yg tidak mendapat kabar dari panitia pun ikut dongkol. Sampai-sampai mrk berkomentar,"Panitianya payah. Di komplen aja mba ke panitianya." Menurut saya, terlepas ini diulas dlm blog atau tdk, sejatinya IAI telah mencoreng nama baiknya sendiri.

Popular Posts