Gang-Gang Dipowinatan

Bagian facade sebuah rumah yang difungsikan sebagai toko.

Belakangan, karena lebih sering jalan kaki, saya jadi lebih menaruh perhatian pada apa yang dilewati. Seperti misalnya ketika berjalan menyusuri gang-gang di kawasan Dipowinatan. Cara warga memanfaatkan ruang ternyata menarik juga. Gang yang terbilang sempit ini jadi lebih hidup ketika inisiatif warga turut campur memberi warna di dalamnya. Sentuhan-sentuhan yang diberikan menjadi semacam hiburan bagi pejalan kaki seperti saya.

Gapura sebuah rumah. Bentuknya unik untuk rumah-rumah
di permukiman padat Jogja.

Meskipun hanya punya sisa lahan sangat terbatas,
namun warga tetap bisa memanfaatkannya untuk menata pot-pot tanaman.
Gang jauh dari kesan kumuh seperti yang sempat saya baca dalam status seorang temannya teman beberapa tahun yang lalu. Ia membandingkan gang-gang di Jepang dengan yang ada di Indonesia. Memang sih pemandangan yang saya jumpai di sebagian kecil gang-gang di Jogja tak dapat dijadikan tolok ukur. Namun, saya juga tak terlalu sepakat dengan membandingkan dua hal yang tak punya posisi yang sama. Jika mau berjalan kaki dengan santai ada kok gang-gang di kota-kota di Indonesia yang ga kumuh dan penuh warna. Tentu saja rasanya Indonesia banget dan  ga  bisa disamakan dengan rasa gang-gang di Jepang :D

Susah bikin jemuran? Jemur di pagar samping rumah aja :D

Pintu garasi jadi tak kaku lagi dengan penambahan pot-pot gantung.

4/365

Comments

Popular Posts