Melihat Kota Lewat Mural

Mural karya anagard feat methodos 2018

Kapan pertama kali jatuh hati pada mural? Saya tak ingat persis waktunya. Yang saya tahu, saat ini saya menggandrungi mural. Apalagi mural yang menyampaikan pesan tertentu.

Melihat kota melalui mural-mural yang terpajang di dinding-dinding bangunan lama atau pun baru, di gang-gang sempit permukiman yang sebagian besar kamarnya disediakan untuk turis, di tembok rumah warga, di dinding tempat sampah pasar tradisional, di tiang listrik, di mana saja, selalu menarik. Meskipun kadang sulit dimengerti, namun mural-mural itu lebih sering tampil lugas menyuarakan kritik terkait isu terkini. 

Kota lebih hidup dengan mural-mural. Lebih berwarna dan semarak. Juga, kota jadi punya daya tarik. Coba bandingkan kota tanpa mural dengan kota yang dihujani dengan mural. Kalau saya menggunakan kacamata turis pastinya saya akan pergi ke kota yang sohor dengan muralnya. Ah, mural juga jadi sajian legit dari sudut pandang pariwisata. Namun, dengan syarat bisa pakai kacamata yang tepat lho ya :) 

Pernah satu hari terpikir untuk memetakan mural di Jogja. Tapi hingga detik ini masih wacana saja. Mural-mural itu meskipun cantik namun masih menggunakan hukum rimba. Tak jarang mural yang bagus hanya bertahan beberapa waktu saja karena ditindih oleh grafiti atau mural jelek. Saya tak tahu apakah ada aturan etis antar seniman untuk hal itu. Untungnya visual jalanan sudah melakukan hal yang sudah lama ingin saya lakukan.

Satu kasus menarik saya temukan pada mural antitank di bangunan ujung utara Jalan Malioboro. Mural perempuan bersepeda mengenakan masker itu tampak awet. Usianya tahunan. Menurut warga yang beraktivitas di sekitar situ, mural sengaja dijaga. Mungkin karena gambarnya bagus. Mungkin juga jadi daya tarik turis. Saya tak tahu persis. Hanya saja ini kasus yang unik mengingat ganasnya tindih-menindih dalam dunia seni jalanan.

Menikmati kota lewat mural bisa jadi satu kegiatan membunuh penat. Cara murah untuk tersenyum. Bonusnya olahraga akibat jalan kaki atau bersepeda. Masih ada banyak mural yang belum sempat saya jumpai di Jogja. Mungkin tahun ini waktunya menggenapkan niat untuk mengeksplorasi kota lewat media mural. Ah, berasa seniman kalau begini :P


3/365


Comments

Popular Posts