Dialog Lari Pagi



“Ayo Mbak tambah lagi,” ujar seorang bapak. Si bapak rajin menyapa saya saat lari di Alun-Alun Kidul pagi hari. Dia tergabung dalam komunitas lari “PLAYON ALKID”. Beberapa kali ajakannya saya tolak dengan halus. Begitu pula pagi ini. Bukan karena malas, tapi karena keder. Mereka tidak lari keliling Alkid, melainkan keliling Beteng Kraton. Manalah saya sanggup mengikutinya :D

Tapi ajakannya cukup bikin bahagia. Dalam bulan ini saya mampu meningkatkan ritme lari saya. Biasanya hanya sanggup maksimal 3 keliling. Artinya sama dengan kurang lebih 1,2 km. Sekarang saya mampu 5 keliling, setara dengan sekitar 2 km. Saya lari tanpa jeda. Teknik yang saya gunakan ialah lari dengan kecepatan rendah.

Olahraga pagi hari yang baru saya mulai sekitar dua bulan yang lalu ini sungguh menyenangkan. Terkadang kaki saya cedera. Itu diakibatkan lari terlalu bersemangat atau salah langkah saat pendinginan. Namun sekarang saya mencoba bicara dengan diri sendiri. Misalnya, jika sudah melewati keliling ketiga, saya akan bertanya pada diri sendiri apakah saya masih mampu melanjutkan?

Menurut saya yang terpenting ialah dialog dengan diri sendiri. Mengenai batas capaian yang mampu dicapai. Lari itu ga perlu ngoyo. Toh, tak ada yang saya kejar. Meskipun saya suka iri dengan para pelari yang larinya jauh lebih kencang dibanding saya. Badannya juga tampak lebih ringan ketimbang saya :D Tapi, memang tak seharusnya menjadikan orang lain sebagai acuan.

Selama lari berkesadaran ini, saya juga belajar mengenai tekanan pada diri. Banyak orang bilang bahwa jangan berhenti berusaha hingga titik terakhir. Terus bergerak hingga batas maksimal yang kamu bisa. Tapi, dalam lari pagi santai ini saya menemukan defenisi lain dari sebuah usaha. 

Bagi saya, kita tak perlu menekan diri hingga ke titik paling mentok. Tak perlu juga berusaha sampai berdarah-darah. Yang perlu kita ingat, diri kita punya batas. Dan batas itu tak perlu dilanggar untuk menunjukkan pada dunia bahwa kita sudah mencoba semaksimal mungkin.

Saya pakai analogi irama tubuh saya saat berlari. Tak perlu menunggu kaki cedera karena terlalu memporsir tenaga agar jumlah jarak lari bertambah. Berhenti lah jika sudah capai. Dan tak perlu lihat pelari lain.

#KontendiSekitarmu #Hari15

Petikan keributan di dalam kepala malam ini:
Saat ingin cerita tentang roti 
Jadinya malah lari pagi 
Ya, tidak apa-apa 
Hidup kadang tak sesuai dengan apa yang diinginkan 


Comments

Popular Posts