Menikmati Matoa Tetangga


"Tuk....pletak....tuk..." beberapa kali suara benda jatuh ke atap terdengar. Itu suara buah matoa yang jatuh dari pohon di belakang rumah. Saya sering mendengarnya saat musim panen matoa ini. Namun, kali ini bunyi itu berbeda. Lebih sering intensitasnya dan ada campur tangan manusia di dalamnya.

Semalam saat hendak tidur, saya melihat cahaya senter muncul di antara dedaunan pohon matoa. Tentu saja sangat mencolok karena itu pkl. 23.00. Juga ada suara orang-orang seperti berkoordinasi memetik buah yang sudah matang.

Jujur saja saya sedikit sebal dengan aktivitas tetangga itu. Mata berat tapi begitu pas masuk ke alam bawah sadar, seketika terbangun karena mendengar suara matoa jatuh. Beberapa kali saya alami malam itu. Bikin tidur ga nyaman.

Paginya, saya melihat buah matoa yang jatuh lebih banyak dari pagi biasanya. Tentu saja karena buah matoa kali ini tidak jatuh atas kehendak sendiri. Memang sebagian besar buah yang jatuh pastilah busuk. Mungkin itu sebabnya tetangga pemilik matoa memanen matoa sebelum terserang penyakit. Tapi apa harus pkl. 23.00? :D

Saya sempat bercakap-cakap terkait kejadian panen matoa semalam dengan adik. Mungkin suara 'Sumatra' kami terlalu kencang hingga terdengar rumah belakang. 

Siangnya, ibu tetangga belakang memanggil kami. Ia memberikan sekantong kresek buah matoa. "Mungkin ini bagian dari CSR mereka," ujar adik. Kami pun langsung menyantap matoa segar itu. Rasanya memang enak sekali. Adik bahkan berlebihan bilang kalau ada rasa durian terselip dalam manisnya. Hahaha. Terserah saja, yang penting kami bisa juga mencicipi rasa buah yang sampahnya jatuh ke rumah kami setiap hari :)

#KontendiSekitarmu #Hari3

Comments

Popular Posts