Perkara Makan yang Bikin Enek


Malam ini, setelah berhasil mengikuti misi penyeberangan Rama dan pasukan monyet menuju Alengka, saya leyeh-leyeh sambil lihat Instagram. Sebenarnya hal yang saya lihat sama saja sih. Kalau tidak video kucing atau anjing ya yang sering lewat video orang sedang makan. Mereka punya pekerjaan makan untuk dibayar sepertinya.

Melihat cara mereka makan, saya 'gilo' sendiri. Bagaimana nggak 'gilo' jika yang dimakan itu bakso sebaskom bersama mi sepiring ditambah sambal semangkuk. Lalu yang sedang itu makan daging yang dipanggang sendiri. Itu daging sekali suap mungkin bobotnya bisa 100 gr sendiri. Tentu saja ga hanya sekali suap, yang dipanggang mungkin lebih dari 500 gr. Jika ada yang sedang promoin penyetan, maka dia akan menumpahkan semua sambal yang ada di sana ke atas piringnya. Semisal makan pempek, maka cuko yang dituang ya semangkuk bakso. Mana mungkin makan pempek dengan cuko segitu banyak. Komentar saya, "enek!"

Kata adek saya, gaya makan dalam porsi jumbo ini mengadopsi budaya mukbang Korea. Apa itu mukbang? Kalau baca portal detik, mukbang itu secara harafiah diartikan sebagai adegan makan yang disiarkan. Jadi, kita makan sambil rekaman. Lalu hasilnya diunggah ke Youtube atau Instagram. Semakin ke sini, cara makan yang dipamerkan semakin ekstrem. Itu menurut opini saya lho ya. 

Lalu apa sih tujuan mereka melakukan mukbang? "Ya, biar orang yang lihat tergiur dan pengen mencoba," jelas adek. Iya sih, tapi itu seperti mempromosikan makan 'racun' dalam porsi jumbo. Kebayang sih para pengikutnya pasti akan langsung mencoba makanan yang dipromoin. Iyuh...

Memang ini bukan sesuatu yang harus dipikirkan sih. Toh, saya masuk ke dalam kelompok yang enek, alih-alih terpancing pengen mencoba apa yang dimakan oleh para artis itu. Tapi fenomena ini bagi saya cukup mengerikan. Bagi saya para artis itu sedang menciptakan budaya makan yang baru. Budaya makan yang masih asing sama sekali. Coba lihat, seberapa sering kita jumpai orang makan dengan sambal segerobak dan menyuap nasi masuk ke mulut dengan bukaan yang sangat lebar? Saya pikir para artis itu juga tidak akan makan seperti itu ketika mereka tidak mukbang

Wah, malah jadi penasaran sih. Budaya makan seperti apa yang akan tercipta dalam lima tahun mendatang? Sepertinya menarik juga untuk mengamati arus yang deras ini. Sementara di tempat berbeda, arus kecil lainnya sedang bergerak pelan untuk mengajak orang-orang hijrah ke budaya makan sehat. Sekarang saya seperti melihat dua layar televisi dengan konten yang sangat bertolak belakang. 

Perkara makan memang jadi sesuatu yang menarik dari dulu. Mulai dari bahan baku, sumber, cara pengolahan, pengaruh-pengaruh yang turut serta, cara makan, cara penyajian, fungsi, persepsi orang, hingga efek atau dampak dari sisi kesehatan terus direproduksi seturut dengan perkembangan zaman. Bicara makan berarti siap untuk terjun dalam dialog-dialog yang dinamis. Bahwa perkara makan itu jauh dari statis. Meskipun saya cenderung lebih menyukai urusan makan yang statis. Ya kalau ini sih lebih dipengaruhi oleh keinginan saya untuk melihat satu makanan secara autentik.

Rasanya saya perlu berterima kasih pada para artis Instagram yang sudah mukbang itu. Saya jadi punya pertanyaan dan makin penasaran dengan budaya makan di Indonesia dalam lima tahun mendatang. Apakah makanan-makanan autentik akan berganti rupa? Bukan dalam hal konten, melainkan dalam hal penyajian dan cara penyantapan. 

#KontendiSekitarmu #Hari8











Comments

Popular Posts