SOKA Organik, Warung Sayur Organik Keren di Jogja
Jika ada yang bertanya,”kok kamu memilih bikin usaha sendiri
di Jogja, padahal hasilnya ga seberapa?” Saya pikir saya bisa langsung menjawab
pertanyaan itu. Memang sih hidup dengan bertopang pada usaha sendiri punya
risiko tinggi. Tak ada gaji bulanan. Iuran BPJS harus bayar sendiri. Mana akan
naik awal tahun depan. Pastinya juga tak punya uang pensiun. Tapi kenapa
sekarang saya masih setia menjalani hidup seperti ini?
Salah satu alasan kuat ialah saya bisa lebih dekat dengan
sumber bahan pangan. Tahu kan bensin utama untuk tubuh di dunia yang fana ini
ialah makanan. Nah, sekarang hal yang paling saya syukuri ialah kedekatan akses
dengan sumber yang sehat. Jika di Jakarta harga bahan pangan terutama yang organik
harganya mahal. Maka di sini, setiap Rabu, Sabtu, dan Minggu, saya bisa
mendapatkan satu paket sayur organik dengan harga Rp5.000 saja. Saya tinggal
datang ke SOKA Organik selepas lari pagi di Alun-Alun Kidul.
Sejauh perjalanan mengenal penyedia bahan pangan organik,
menurut saya SOKA sangat layak dipertimbangkan. Maksudnya, sebelumnya saya juga
masih bisa mengakses bahan pangan organik. Tapi saya pikir harganya agak
sedikit lebih mahal dari SOKA. SOKA bagi saya menerapkan prinsip “makanan sehat
harusnya bisa diakses oleh semua kelas.”
Saya ingat, dulu pernah belanja bawang putih organik. Saya
senang karena bisa membeli bawang putih lokal yang organik. Ketika pertama kali
beli harganya memang sedikit lebih mahal dari bawang putih impor yang beredar
di pasaran. Namun, saya pikir wajar saja. Tapi, beberapa waktu kemudian terjadi
kenaikan harga bawang putih impor. Berkali lipat dari harga biasanya. Saya
bingung saat membeli bawang putih lokal organik. Harganya turut naik mengikuti
bawang impor. Saat itu logika saya tak berhasil menjawab fenomena yang terjadi.
Saya tak paham juga apa kaitan antara bawang putih impor dengan lokal. Atau
mekanisme seperti apa yang sedang terjadi?
Saat itu saya jelas kecewa. Saya merasa dipermainkan oleh
harga bahan pangan organik. Dengan uang terbatas, saya ingin berkontribusi
meskipun sedikit terhadap pertanian organik di tempat saya bermukim. Tapi, jika
harganya terus naik tentu saja saya tak sanggup mendukung lagi.
Padahal menurut beberapa pakar tani organik, seharusnya
harga produk organik bisa lebih murah atau bahkan sama dengan harga produk nonorganik.
Kenapa? Karena biaya untuk memproduksi bahan pangan tak semahal dengan
pertanian kimia. Petani tak perlu membeli pupuk kimia lagi. Harga pupuk kandang
tentu jauh lebih murah. Bahkan beberapa petani bisa produksi pupuk organik
sendiri. Jika ada biaya operasional yang besar, itu terjadi saat memulai
pertanian organik.
Biasanya hasil panen akan berkurang karena tanah harus
memulihkan dirinya dulu setelah sekian lama mendapat asupan pupuk kimia. Namun,
setelah berjalan beberapa tahun hasil panen akan jauh lebih baik ketimbang
pertanian kimia.
Sistem pertanian organik juga mengutamakan prinsip “kelokalan”.
Artinya, rantai distribusi terjadi di sekitar sumber dihasilkan. Jadi, tak ada
biaya besar untuk transportasi.
Lalu, mengapa harga produk organik jauh lebih mahal? Satu
teman pernah menjawab, “Ya karena sekarang itu masuk jadi gaya hidup.” Apalagi
ketika ditarik ke ranah gaya hidup urban. Maka pantas saja harga produk organik
naik berlipat ganda.
Kehadiran SOKA yang baru saya kenal beberapa bulan terakhir
bak oase di tengah naiknya pamor pangan organik. Popularitas di sana sangat
memengaruhi harga di pasaran. Tentu saja kaum kere yang ingin hidup sehat macam
saya tak bakal sanggup membeli produk-produk organik yang mengikuti hukum
ekonomi. Sekali lagi, untung ada SOKA Organik.
NB:
SOKA Organik bisa ditemukan tiap Rabu, Sabtu, & Minggu pkl. 06.00.
SOKA Organik bisa ditemukan tiap Rabu, Sabtu, & Minggu pkl. 06.00.
#KontendiSekitarmu #Hari2
Comments